Kamis, 12 Maret 2009

SUDAHKAH ANAK-ANAK MERDEKA?

Oleh Dr. Iwan Hermawan, M.Pd.

Berbeda dengan dunia orang dewasa yang penuh dengan persaingan dan kepura-puraan, dunia anak adalah dunia yang penuh dengan keceriaan dan kebahagiaan sehingga setiap orang pasti akan selalu mengingat indahnya dunia anak dimana bermain dengan teman sebaya sambil bersuka ria menjadi bagian terbesar kehidupannya. Namun sayang, hak seorang anak untuk menikmati dunianya sering kali dilupakan demi kepentingan dan obsesi orang dewasa, termasuk orang tua. Banyak lapangan tempat bermain anak harus berubah fungsi menjadi sarana yang lebih menjual secara ekonomis dibanding jika hanya berbentuk lapangan tempat bermain anak.
Akibat anak tidak mempunyai tempat bermain bersama teman seusianya, mereka kemudian bermain di jalan umum, gang atau trotoar yang seringkali membahayakan jiwa mereka dan juga mengganggu berbagai aktifitas di tempat tersebut. Tidak sedikit anak yang terserempet kendaraan bermotor ketika sedang bermain di jalanan atau pejalan kaki dan pengendara sepeda otor yang jatuh tersungkur karena mengindari tubrukan dengan anak-anak yang sedang berlari di jalanan atau bermain bola.
Salahkah mereka ? jawabnya tidak, karena anak-anak memang butuh temnpat bermain untuk mengekspresikan hidupnya. Dalam kenyataan ini yang perlu disalahkan adalah orang dewasa yang hanya memikirkan keuntungan ekonomi semata tanpa memikirkan masa depan generasi penerus dengan tidak menyediakan tempat yang representatif sebagai tempat dimana anak bisa bermain dan berkumpul dengan teman seusianya.
Keindahan masa kanak-kanak tidak oleh semua anak dapat dirasakan, karena sebagian di antara anak-anak kita harus menghabiskan waktunya dengan bekerja mencari penghidupan guna membantu orang tua, bahkan tidak sedikit anak-anak tersebut harus berjuang mempertahankan hidup secara sendirian, tidak ada yang melindungi dan menyayangi.
Bagi anak-anak yang berasal dari keluarga yang mencukupi, kebutuhan hidup bukanlah sesuatu yang menjadi beban mereka, tetapi banyak di antara mereka yang harus merelakan hilangnya waktu bermain karena hari-harinya dipenuhi oleh jadwal dan rutinitas. Mereka bukannya berjuang untuk mencari sesuap nasi tetapi mereka berjuang demi obsesi orang tua agar anaknya menjadi orang yang sukses yang dikemudian hari kelak dapat mengangkat harkat dan martabat orang tuanya. Selain itu, banyak di antara mereka yang dalam mengisi hari-harinya berlimpah dengan mainan dan materi namun jauh dari belaian lembut kasih sayang orang tua. Kenyataan ini terjadi bukan karena mereka tidak mempunyai orang tua melainkan karena kedua orang tua mereka disibukkan oleh berbagai aktifitas mengejar kekayaan dan ketenaran.

Eksploitasi Anak
Keberhasilan dalam menggapai prestasi merupakan harapan orang tua terhadap anak-anaknya. Mereka akan merasa bangga dan berhasil mendidik anak jika buah hatinya itu mampu mencapai prestasi di bidang yang disukainya. Untuk mencapai obsesi tersbeut tidak sedikit orang tua dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya dipola sedemikian rupa agar mencapai prestasi sesuai keinginan dan harapannya. Akibatnya, hari-hari si anak dipenuhi dengan jadwal yang padat hingga dia kehilangan masa kecilnya yang indah, masa dimana mereka dapat merasakan indahnya bermain dan bercengkerama dengan teman, saudara dan orang tua.
Selain karena faktor obsesi orang tua yang ingin melihat keberhasilan anak-anaknya, sebagian anak-anak kita juga kehilangan masa kecilnya karena meraka harus bergelut dengan waktu, membanting tulang membantu orang tua mencari sesuap nasi. Waktu bermain mereka jelas tersita, karena di usia yang masih dini mereka juga harus turut memikirkan kesulitan yang diderita orang tua dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Anak-anak yang tidak bisa menikmati hari-harinya juga bisa kita saksikan di hampir semua sudut kota. Mereka harus berjuang dengan keras agar dapat bertahan hidup dan menghindari serta mengatasi berbagai bahaya yang mengancamnya secara mandiri karena tidak mempunyai tempat berlindung atau mengadu, bahkan tidak sedikit di antaranya yang tidak mengetahui siapa ayah dan ibu mereka.

Dimana anak bermain ?
Bermain bagi seorang anak merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar. Melalui bermain mereka belajar tentang kehidupan yang akan dijalaninya di masa mendatang, Melalui bermain pula mereka belajar bagaimana hidup bersama di tengah masyarakat (bersosialsasi dengan lingkungan). Kebersamaan dan belajar hidup bersama di tengah masyarakat merupakan salah satu bentuk manfaat bermain bagi anak-anak disamping sebagai upaya untuk melatih daya pikir dan kreatifitasnya.
Jumlah penduduk yang terus meningkat serta aktifitasnya yang semakin beragam terutama di perkotaan menyebabkan banyak lahan terbuka hijau berubah fungsi menjadi rumah atau gedung-gedung perkantoran dan perbelanjaan atau fasilitas umum lainnya. Akibatnya, anak-anak kita kehilangan tempat bermain yang aman dan tidak menantang bahaya. Mereka kehilangan tempat untuk bersosialisasi dengan teman sebaya dan belajar hidup bermasyarakat. Mereka tidak bisa lagi berkejar-kejaran mengitari lapang atau bermain layangan dan bermain galah asin di sore hari sambil menunggu terbenamnya matahari.
Kehidupan bersama yang diperlihatkan oleh anak-anak ketika bermain di lapangan, saat ini hanya tinggal kenangan. Kegiatan bermain mereka tidak lagi dilakukan secara bersama melainkan mulai mengarah ke indual. Video Games, Play Station dan berbagai jenis permainan keterampilan individual menjadi pilihan anak-anak dalam bermain.
Di sisi lain, semakin minimnya lapangan tempat bermain bukan berarti menghambat anak untuk bermain di luar bersama teman-temannya. Mereka nekad menantang bahaya bermain di trotoar, Gang bahkan jalanan. Mereka nekad menantang bahaya demi memenuhi kebutuhannya untuk bisa bermain bersama teman sebaya. Sehingga kita menjadi tidak aneh jika mendengar anak yang mendapat kecelakaan lalu lintas ketika memburu layangan putus atau ketika sedang bermain berkejaran di jalanan.
Tidak hanya itu, sekolah yang seharusnya mampu memberi fasilitas belajar dan bermain serta berkreasi bagi mereka saat ini banyak yang tidak mampu menyediakan fasilitas tersebut, karena lahannya yang sempit sudah dipenuhi dengan ruang kelas dan tidak mempunyai halaman bermain yang memadai. Akibatnya, di banyak sekolah anak-anak tidak bisa bermain dengan leluasa bahkan ketika pelajaran olah raga banyak diantaranya yang memanfaatkan jalanan yang ramai sebagai tempat berolah raga. Hal ini jelas akan menghambat dan mengganggu pengendara kendaraan bermotor dan membahayakan jiwa anak-anak.

Kemerdekaan Bagi Mereka
Kenyataan tersebut di atas menunjukkan sengaja atau tidak, anak-anak kita tercabut hak kemerdekaannya, yaitu kebebasan mereka dalam menikmati kehidupan yang sesuai dengan usianya. Saat ini, dengan berbagai alasan yang disengaja atau tidak mereka tidak bisa menikmati dunianya secara memadai karena kepentingan mereka selalu terkalahkan oleh kepentingan orang dewasa, padahal mereka juga mempunyai hak yang sama dalam menikmati kebebasan dan kemerdekaan.
Kepedulian kita sebagai orang dewasa kepada anak-anak kita tidak cukup hanya dicurahkan melalui berbagai jargon dan kata-kata, melainkan perlu diwujudkan dalam bentuk karnya nyata yang dapat dirasakan oleh anak-anak.
Kasih sayang tulus dari orang tua, perlindungan dari orang dewasa, kebebasan dalam berkreasi serta tempat bermain bersama teman sebaya yang aman dan nyaman merupakan dambaan dan harapan mereka. Untuk itulah diperlukan suatu kearifan dari kita selaku orang dewasa dan orang tua dari mereka dalam memahami apa yang sebenarnya mereka inginkan dan mereka harapkan sebagai wujud pemberian kemerdekaan bagi mereka.
Pada akhirnya semoga di saat kita memperingati hari kemerdekaan negeri ini, kita dapat memberikan suatu hadiah kemerdekaan bagi anak-anak kita, suatu kemerdekaan yang sesungguhnya sesuai dengan harapan dan ukuran mereka, bukan harapan dan ukuran orang dewasa atau orang tua. Semoga.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar