Jumat, 12 Juni 2009

BUDAYA ILMIAH DAN PROFESIONALISME GURU

Oleh : Iwan Hermawan, M.Pd.

Tuntutan guru yang profesional terus bergema di mana-mana di seluruh pelosok negeri dan berasal dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk dari para guru itu sendiri. Hal ini menunjukkan masih adanya kepedulian terhadap profesi keguruan dan peningkatan kualitas pendidikan nasional. Tuntutan tersebut muncul karena selama ini guru dipandang bukan sebagai profesi, karena setiap orang bisa mengajar asal mereka mau serta tidak hanya menjadi dominasi para lulusan Lembaga Pendidikan Keguruan semata.
Pandangan yang memandang guru bukan sebagai suatu profesi memang cukup menyakitkan para guru, tetapi hal tersebut bukan sesuatu yang harus dilawan secara fisik melalui berbagai aktifitas yang kontraproduktif, seperti unjuk rasa atau mogok kerja, melainkan harus dijawab dengan karya nyata, yaitu melalui kegiatan ilmiah, karena koridor kerja seorang guru berada pada tatanan budaya ilmiah. Seorang guru harus mampu menampilkan diri sebagai seorang profesional melalui karya nyata di bidang pengembangan pendidikan guna meningkatkankualitas bangsa, karena menurut Kihajar Dewantoro, guru harus mampu menjadi Ing Ngarso Sun Tolodo, Ing Madya Mangun karso, Tut Wuri Handayani.
Profesionalisme seorang guru akan tampak pada perilaku ilmiah yang diperlihatkannya dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Karena dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik, guru tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan yang bersifat ilmiah, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Mereka tidak hanya dituntut terampil mengajar, tetapi lebih dari itu mereka perlu mengembangkan membudayakan kehidupan ilmiah dalam keseharian, seperti Membaca, menulis, diskusi, dan penelitian. Karena melalui aktifitas tersebutlah masyarakat akan mengetahui kualitas seorang guru sebenarnya.

Profesionalisme Guru
Keprofesionalan seorang guru bukan hanya tampak dari kepiawaiannya menjelaskan materi pelajaran di depan kelas. Melainkan mereka juga harus mampu mengembangkan sikap kritis dan kreatif seorang siswa serta mampu memperlihatkan perilaku ilmiah dalam kehidupan sehari-hari yang diperlihatkan dalam berbagai aktifitas yang mendukung proses tersebut, seperti melakukan kegiatan penelitian, rutin membuat karya ilmiah, berdiskusi dan sebagainya. Bahkan mencari tambahan uang dapur pun dilakukan melalui pekerjaan yang mendukung proses tersebut.
Tetapi sayang banyak guru yang tidak tertarik untuk melakukan kegiatan ilmiah, walau pun penting bagi peningkatan karir mereka. Hal ini disebabkan karena mereka kurang mendapat dukungan dari pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah terhadap kegiatan ilmiah yang dilakukannya, baik yang dilakukan secara mandiri, kelompok atau bersama dengan siswa. Sering kali reward yang mereka terima sebagai imbalan atas kegiatan ilmiah yang dilakukannya tidak sesuai dengan apa yang telah mereka keluarkan. Akibatnya, guru menjadi tidak tertarik melakukan kegiatan yang bersifat ilmiah, mereka lebih senang memanfaatkan waktu di sela-sela kesibukannya mengajar untuk melakukan aktifitas yang lebih mendatangkan hasil secara finansial, karena tuntutan dapur dan biaya anak tidak bisa diabaikan.
Rendahnya aktifitas guru dalam kegiatan ilmiah, termasuk menulis menyebabkan berbagai ide inovasi pendidikan serta obsesi yang ingin dicapai dan tanggapan terhadap permasalahan aktual yang muncul hanya berakhir pada obrolan kosong di ruang guru atau kantin sekolah yang selanjutnya menguap dan dilupakan. Padahal jika ide dan gagasan tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan atau dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah akan dapat menjadi bukti keprofesionalan sebagai seorang guru.
Penyebab kurang berkembangnya budaya ilmiah di kalangan guru lainnya, adalah tidak terlepas dari budaya pendidikan yang selama ini terbentuk di masyarakat, yaitu masih mengedepankan budaya tutur dibanding budaya baca dan tulis, termasuk dalam pendidikan guru dan calon guru. Mereka tidak terbiasa untuk mampu menemukan sendiri apa yang ingin diketahuinya, karena sudah terbiasa dicekoki dan tidak dikembangkan budaya kritis. Akibatnya yang berkembang dalam pendidikan kita adalah budaya ceramah.

Pengembangan budaya ilmiah Guru
Rendahnya kemampuan ilmiah seorang guru tidak bisa hanya dipersalahkan pada guru semata, karena pihak-pihak lain seperti masyarakat, stakeholder pendidikan di semua tingkat termasuk sekolah, organisasi keguruan dan Perguruan Tinggi Keguruan mempunyai peranan terhadap rendahnya kemampuan ilmiah seorang guru. Sehingga dalam menumbuhkan budaya ilmiah pada guru diperlukan dukungan pihak-pihak tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan dalam menumbuhkan budaya ilmiah pada guru dan sekaligus sebagai upaya meningkatkan profesionalisme seorang guru, adalah :
1. Masyarakat, dalam hal ini orang tua siswa, perlu mendukung berbagai upaya yang dilakukan guru dalam menumbuhkan sikap kritis pada siswa, karena anggapan sekolah hanya untuk mencari selembar ijazah sudah tidak jamannya lagi. Sekolah perlu diposisikan sebagai wahana pembentuk generasi masa depan yang lebih berkualitas.
2. Sekolah perlu memberikan dukungan dan dorongan kepada guru untuk melakukan kegiatan yang bersifat ilmiah, baik yang dilakukan ketika membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam rangka peningkatan kualitas individu seorang guru, yaitu melalui penyediaan berbagai sarana pendukung terciptanya iklim belajar di sekolah, seperti melengkapi perpustakaan dengan pustaka ilmiah terbaru dan berbagai media informasi yang mendukung tumbuhnya budaya ilmiah pada guru dan siswa.
3. Guru perlu dirangsang untuk melakukan kegiatan ilmiah dengan cara memberikan penghargaan dan reward yang menjanjikan.
4. Stakeholder pendidikan, baik di pemerinatahan atau di tingkat sekolah perlu memberikan kemudahan dan dukungan serta dorongan kepada guru yang bermaksud peningkatan mutu diri melalui upaya melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi atau melalui berbagai kegiatan ilmiah.
5. Stakeholder di tingkat sekolah perlu mendorong guru untuk memanfaatkan berbagai fasilitas yang dimiliki sekolah guna menumbuhkan budaya ilmiah pada diri siswa.
6. Belum tercukupinya kebutuhan mendasar seorang guru oleh penghasilannya menyebabkan mereka tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk peningkatan mutu diri melalui langganan koran, majalah, jurnal ilmu pengetahuan dan bahkan menyediakan sarana internet. Agar guru dapat menyisihkan pendapatannya untuk kegiatan ilmiah, maka pendapatan seorang guru perlu ditingkatkan agar mereka mampu hidup sejahtera sekaligus mampu menyediakan anggaran khusus bagi peningkatan kualitas diri.

Melalui upaya tersebut diharapkan budaya ilmiah yang merupakan cermin dari profesionalisme seorang guru dapat tumbuh dan berkembang pada diri setiap individu guru yang pada akhirnya akan mampu meningkat mutu dan kualitas pendidikan nasional serta menjadikan guru sebagai profesi yang dapat sejajar dengan profesi lainnya terutama dalam tataran ilmiah. Selain itu melalui berkembangnya budaya ilmiah pada guru, diharapkan bagi siswanya guru dapat menjadi seorang yang Ing ngarso sun tolodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani seperti yang dicita-citakan Kihajar Dewantara. Semoga.....