Rabu, 31 Desember 2008

Memanfaatkan Museum sebagai Sumber Pembelajaran

MEMANFAATKAN MUSEUM SEBAGAI
SUMBER PEMBELAJARAN
Oleh : Iwan Hermawan, M.Pd.

“Apabila suatu bangsa adalah sebuah keluarga yang hidup dengan dan dalam rumah kebudayaannya, maka Museum dapatlah dipahami sebagai album keluarga itu. Di dalam album itulah foto-foto seluruh keluarga tersimpan dan disusun dari setiap masa dan generasi. Foto-foto itu ditatap untuk tidak sekedar menjenguk dan menziarahi sebuah masa lalu, sebab waktu bukan hanya terdiri dari ruang dimensi kemarin, hari ini dan besok pagi. Foto-foto itu adalah waktu yang menjadi tempat untuk menatap dan memaknai seluruhnya, bukan hanya peristiwa, akan tetapi juga pemaknaan di balik peristiwa-peristiwa itu. Pemaknaan tentang seluruh identitas, di dalam dan di luar kota. Foto-foto itu akhirnya bukan lagi dipahami sebagai sebuah benda” (HU Pikiran Rakyat, 22 Februari 2001).
Uraian tersebut menunjukkan, museum tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang mengumpulkan dan memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan sejarah perkembangan kehidupan manusia dan lingkungan, tetapi merupakan suatu lembaga yang mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan dan pengembangan nilai budaya bangsa guna memperkuat kepribadian dan jati diri bangsa, mempertebal keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan, serta meningkatkan rasa harga diri dan kebanggaan nasional.
Dalam kenyataannya, saat ini masih banyak masyarakat, termasuk kalangan pendidikan, yang memandang Museum hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan dan memelihara benda-benda peninggalan sejarah serta menjadi monumen penghias kota. Akibatnya, banyak masyarakat yang enggan untuk meluangkan waktu berkunjung ke Museum dengan alasan kuno dan tidak prestis, padahal jika semua kalangan masyarakat sudi meluangkan waktu untuk datang untuk menikmati dan mencoba memahami makna yang terkandung dalam setiap benda yang dipamerkan museum, maka akan terjadi suatu transfomasi nilai warisan budaya bangsa dari generasi terdahulu kepada generasi sekarang.
Bagi dunia pendidikan, keberadaan museum merupakan suatu yang tidak dapat terpisahkan, karena keberadaannya mampu menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dalam proses pembelajaran terutama berkaitan dengan sejarah perkembangan manusia, budaya dan lingkungannya.

Museum sebagai Sumber Pembelajaran
Sebagai lembaga yang menyimpan, memelihara serta memamerkan hasil karya, cipta dan karsa manusia sepanjang zaman, museum merupakan tempat yang tepat sebagai Sumber Pembelajaran bagi kalangan pendidikan, karena melalui benda yang dipamerkannya pengunjung dapat belajar tentang berbagai hal berkenaan dengan nilai, perhatian serta peri kehidupan manusia.
Kegiatan observasi yang dilakukan oleh siswa di Museum merupakan batu loncatan bagi munculnya suatu gagasan dan ide baru karena pada kegiatan ini siswa dirangsang untuk menggunakan kemampuannya dalam berfikir kritis secara optimal. Kemampuan berfikir siswa tersebut menurut Takai and Connor (1998), meliputi :
a. Comparing and Contrasting (kemampuan mengenal persamaan dan perbedaan pada objek yang diamati)
b. Identifying and Classifying (kemampuan mengidentifikasi dan mengelompokkan objek yang diamati pada kelompok seharusnya).
c. Describing (kemampuan menyampaikan deskripsi secara lisan dan tulisan berkenaan dengan objek yang diamati).
d. Predicting (kemampuan untuk memprakirakan apa yang terjadi berkenaan dengan objek yang diamati).
e. Summarizing (kemampuan membuat kesimpulan dari informasi yang diperoleh di Museum dalam sebuah laporan secara singkat dan padat).

Kemampuan berpikir tersebut tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa adanya bimbingan dan pembinaan yang memadai dari gurunya. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam menumbuhkan kemampuan berfikir kritis siswa melalui kegiatan kunjungan ke Museum, diantaranya :
a. Dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas untuk materi tertentu, guru perlu sering mengajak, menugaskan atau menyarankan siswa berkunjung ke Museum guna membuktikan uraian dalam buku teks dengan melihat bukti nyata yang terdapat di museum. Kegiatan ini idealnya dilakukan dengan melibatkan siswa dalam jumlah yang tidak terlalu besar untuk mempermudah guru dan pemandu museum membimbing siswa saat mengamati koleksi museum.
b. Memberikan pembekalan terlebih dahulu kepada siswa sebelum melakukan kunjungan ke museu, terutama berkaitan dengan materi yang akan diamati. Kegiatan ini dilakukan agar pada diri siswa tumbuh rasa ingin mengetahui dan membuktikan apa yang diinformasikan oleh gurunya atau pemandu museum.
c. Menyediakan alat bantu pendukung pembelajaran bagi siswa, berupa lembar pannduan atau LKS yang materinya disusun sesingkat dan sepadat mungkin serta mampu menumbuhkan daya kritis siswa terhadap objek yang diamati.
d. Selama kunjungan guru dan atau pemandu museum berada dekat siswa untuk memberikan bimbingan dan melakukan diskusi kecil dengan siswa berkenaan dengan objek yang diamati.
e. Setelah kegiatan kunjungan, siswa diminta untuk membuat laporan berupa kesimpulan yang diperoleh dari hasil kegiatan kunjungan ke museum, kemudian hasil tersebut didiskusikan dalam kelas.
f. Pada bagian akhir kegiatan, guru perlu melakukan evaluasi terhadap program kegiatan kunjungan tersebut sebagai tolok ukur keberhasilan kegiatan kunjungan tersebut.

Selain upaya yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan kunjungan ke Museum, pihak pengelola (kurator) museum juga perlu melakukan berbagai upaya agar pengunjung, terutama kalangan pendidikan dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam kegiatan kunjungannya. Upaya dapat dilakukan oleh pengelola museum dalam menjadikan museumnya sebagai sumber bagi kegiatan pembelajaran, diantaranya :
a. Menyediakan panel informasi singkat berkenaan dengan pembagian ruang dan jenis koleksi yang dipamerkannya di pintu masuk museum, sehingga pengunjung dapat memperoleh gambaran isi museum secara lengkap begitu masuk pintu museum, sehingga walau pengunjung hanya masuk ke salah satu ruangan, dia tidak akan kehilangan “cerita” yang disajikan museum.
b. Menyediakan panel-panel informasi yang disajikan secara lengkap dan menarik sebagai pelengkap benda koleksi pameran dan diorama.
c. Menyediakan berbagai fasilitas penunjang kegiatan pendidikan, seperti leaflet, brosur, buku panduan, film, mikro film, slide dan lembar kerja siswa (LKS), sehingga pengunjung dengan mudah mempelajari objek yang dipamerkan museum.
d. Khusus berkenaan dengan LKS, perlu dirancang LKS museum yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing tingkatan usia siswa serta mampu membangkitkan daya kritis siswa sesuai dengan tingkatannya.
e. Museum perlu menyelenggarakan berbagai kegiatan permainan museum yang menarik dan mampu meningkatkan pemahaman siswa akan objek yang dipamerkan.

Perlunya kerjasama antara sekolah dengan Pengelola Museum
Diatas sudah diuraikan bahwa pemanfaatan museum secara optimal oleh siswa dapat dicapai jika sebelum melakukan kegiatan kunjungan ke museum diberikan pengenalan terlebih dahulu berkenaan dengan materi atau objek yang dipamerkan. Melalui kegiatan eksplorasi pra kunjungan diharapkan siswa akan mampu menangkap berbagai informasi penting berkenaan dengan objek yang dipamerkan sesuai dengan apa diharapkan. Agar guru mampu melakukan bimbingan dalam kegiatan kunjungan ke museum, maka guru perlu menjalin kerjasama dengan pengelola museum guna memperoleh informasi lengkap tentang museum dan koleksi yang dipamerkannya.
Sebaliknya pihak pengelola (kurator) museum dalam menyusun berbagai program pendidikan di museum serta sarana penunjangnya, perlu melakukan kerjasama dengan kalangan pendidikan agar program pendidikan di museum dan sarana penunjangnya, seperti LKS, dapat sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan kurikulum sekolah. Selain itu, antara museum satu dengan yang lainnya yang berada dalam satu kota perlu melakukan kerjasama dalam membuat buku informasi museum bersama yang nantinya buku tersebut dapat dibagikan kepada kalangan pendidikan, terutama sekolah, sehingga ketika akan melakukan kegiatan kunjungan dengan mudah guru menentukan museum mana yang akan dikunjungi sesuai dengan tuntutan kurikulum pada saat itu.
Akhirnya melalui pemanfaatan Museum sebagai sumber pembelajaran diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan kita dan keberadaan museum tidak hanya menjadi penghias atau monumen kota, semoga....

Perempuan di antara 2 sisi


PEREMPUAN DI ANTARA DUA SISI
Oleh : Iwan Hermawan, M.Pd.


Perempuan sering diidentikkan sebagai mahluk lemah dan tidak berdaya sehingga harus memperoleh perlindungan dari laki-laki, padahal dibalik kecantikan dan kelemahlembutan seorang peremuan terkandung kekuatan sangat besar yang mampu mempengaruhi laki-laki dan melalui kekuatannya itu perempuan mampu mengubah dunia.
Pengaruh daya tarik seorang perempuan terhadap seorang laki-laki dengan mudah dapat kita temukan dalam berbagai legenda dan sejarah. Sasakala Sangkuriang merupakan salah satu legenda yang memperlihatkan bagaimana kelembutan dan kecantikan seorang perempuan mampu membius seorang laki-laki yang sedang dimabuk cinta. Al kisah diceritakan, bagaimana Sangkuriang yang sangat mencintai Dayang Sumbi - yang tidak lain ibunya sendiri - bersedia memenuhi semua permintaan sang kekasih. Padahal permintaan tersebut tidak mungkin dilakukan oleh seorang manusia biasa, yaitu membuat sebuah danau yang lengkap dengan perahu untuk dipakai berbulan madu dalam tempo satu malam, walau pada akhirnya usaha keras tersebut harus menemui kegagalan karena fajar telah menyingsing.
Tidak hanya dilukiskan dalam sebuah legenda, besarnya pengaruh seorang perempuan terhadap laki-laki yang mencintainya juga dicatat oleh sejarah. Julius Caesar seorang raja gagah perkasa dan dikenal sebagai sang penakluk akhirnya harus takluk dan tunduk tidak berdaya di pangkuan Ratu Cleopatra, seorang ratu cantik dari Mesir.
Bukti lain menunjukkan, Seorang Eva Duarte yang kemudian dikenal dengan nama Evita Peron mampu menjadi inspirator bagi Juan Peron dalam meraih kesuksesan memimpin Argentina, walau apa yang dilakukan Evita Peron merupakan bagian dari obsesinya dalam menggapai puncak kesuksesan dan ketenaran dalam hidup, karena upaya yang dilakukan dalam mendukung sang suami sekaligus mampu mengangkat pamor namanya hingga melebihi ketenaran dan kepopuleran sang suami yang nota bene seorang presiden. Kecintaan rakyat padanya diperlihatkan saat kematian datang menjemput, rakyat Argentina sangat berduka dan kehilangan.
Dewasa ini, pengaruh daya tarik perempuan terhadap laki-laki tidak berbeda jauh dengan apa yang terjadi dalam legenda atau sejarah. Seorang laki-laki akan rela mengorbankan apa saja dan mau melakukan apa saja demi merebut cinta sang pujaan hati, termasuk mengorbankan jiwanya. Tidak sedikit laki-laki yang rela melakukan perbuatan nekad demi melindungi dan memenuhi apa yang diinginkan oleh pasangannya. Semua itu dilakukan agar mereka dianggap orang yang jantan dan bertanggung jawab.
Di sisi lain, perjalanan hidup seorang perempuan dalam menggapai asa dan cita tidak selalu berjalan dengan mulus hingga di ujung pengharapan, karena banyak di antara perempuan harus rela meninggalkan obsesi dan cita-cita setelah mereka menikah. Banyak diantaranya dengan alasan pengabdian rela hanya menjadi penghias rumah dan media pemuas nafsu. Mereka sering kali tidak bisa berbuat banyak dalam menentukan jalannya kehidupan rumah tangga, karena mereka hanya mampu menerima tanpa mampu berperan aktif.

Diantara dua jalan
Obsesi sesorang perempuan dari dahulu hingga sekarang tidaklah berubah, yaitu menggapai puncak kesuksesan dan ketenaran dalam segala bidang kehidupan. Untuk menggapainya tidak sedikit di antaranya yang menghalalkan segala cara, karena yang ada dalam benaknya hanyalah kesuksesan dan ketenaran.
Perjalanan panjang manusia menunjukkan, kaum laki-laki akan dengan mudah tertarik kepada keindahan tubuh seorang perempuan. Mereka akan berupaya dengan berbagai cara agar dapat memiliki dan menikmatinya, karena dengan cara demikian dia dapat memperlihatkan keperkasaan dan kegagahannya. Melihat kondisi seperti ini, tidak heran jika dari dulu sampai sekarang banyak perempuan yang menjual kecantikan dan kemolekan tubuhnya guna meraih impian dan harapan. Mereka rela berpakaian super minim di depan kamera atau berlenggak lenggok erotis di atas panggung agar cita-citanya menjadi orang terkenal dan secara materi berlebih dapat tercapai.
Selain memanfaatkan kecantikan dan kemolekan tubuh untuk mencapai obsesi, tidak sedikit perempuan dimanfaatkan untuk menggapai cita-cita dan obsesi orang lain, baik orang tua maupun pejabat.
Pada jaman dahulu, para lurah dalam kurun waktu tertentu selalu mencari “bibit unggul” di desanya untuk dijadikan sebagai persembahan kepada bupati, demikian pula halnya dengan bupati dia akan mencari bintang kabupaten untuk dijadikan persembahan kepada sang raja. Hal ini dilakukan sebagai bukti kesetiaan kepada atasan dengan tujuan agar jabatannya tidak dicopot. Demikian pula halnya dengan pihak orang tua, terutama dari kalangan rakyat jelata, mereka akan sangat bahagia jika mempunyai anak perempuan yang cantik rupawan, karena kecantikan anaknya dapat dijadikan modal untuk mengangkat harkat, martabat, dan derajat sosial orang tuanya yang pada akhirnya dapat dijadikan sandaran kehidupan di hari tua sambil menunggu ajal menjemput.
Banyak orang tua berharap anak perempuannya dapat terpilih oleh penguasa untuk dijadikan istri atau minimal istri simpanan. Kalau pun tidak terpilih oleh penguasa mereka selalu berharap anak perempuannya dapat bersanding dengan saudagar atau tuan tanah walau hanya sekedar sebagai istri piaraan. Dan jika sudah menjadi keputusan orang tua, dia tidak bisa menolak walau dia telah menjalin cinta kasih dengan yang lain, karena seorang anak harus berbakti dan menurut pada orang tua.
Dewasa ini, Pemanfaatan perempuan cantik sebagai pelancar jalan dalam menggapai tujuan juga terus terjadi dan mungkin tidak akan berhenti hingga dunia kiamat. Banyak perusahaan terutama yang bergerak di bidang pelayanan dan retail memanfaatkan perempuan muda nan cantik jelita dengan pakaian kerja yang cukup “simpel” dari segi bahan dan ukuran sebagai ujung tombak pemasaran produknya. Selain itu, pada tingkatan yang lebih tinggi banyak deal-deal bisnis dilakukan dengan pelicin berupa perempuan cantik yang dapat memberikan pelayanan all out.
Selain itu, guna meningkatkan penjualan produk, banyak perusahaan yang memanfaatkan perempuan cantik dan penampilan yang menantang sebagai bintang iklan produknya. Tidak ketinggalan para pemilik stasiun TV seolah berlomba tidak mau kalah memanfaatkan kesintalan dan keseksian perempuan cantik yang bergoyang erotis menghiasi tayangannya. Kondisi serupa juga tampak pada media cetak, banyak media cetak yang berlomba mengangkat tirasnya dengan cara menampilkan foto-foto perempuan cantik berbusana swim sweat dengan gaya erotis dan senyum menggoda.
Dalam banyak kasus seperti di atas, banyak perempuan tidak bisa berbuat banyak, mereka harus menerima apa yang menimpa dirinya sembari menahan rasa sakit hati dan perasaan dilecehkan. Mereka tidak bisa berbuat banyak, karena mereka tidak punya kuasa sedangkan tuntutan hidup yang dipikulnya cukup berat serta persaingan dalam memperoleh kesempatan sangat ketat.
Apa yang terjadi di atas tidak semua atas dasar keterpaksaan, karena banyak di antara mereka yang justru memanfaatkan kecantikan, kesintalan dan keseksian tubuh yang dimilikinya sebagai modal untuk memperoleh harta, tahta dan ketenaran. Banyak para artis perempuan, terutama pendatang baru, yang mengaku siap untuk beraksi di depan kamera dengan pakaian apapun termasuk harus berpakaian super mini bahkan polos serta berfose menggoda sekalipun demi sebuah ketenaran. Selain itu, banyak perempuan eksekutif muda yang siap menjadi tim lobby “all out” bagi perusahaan di mana dia bekerja demi sebuah kedudukan yang lebih baik dan pendapatan yang tinggi.

Menghormati dan dihormati
Sebagai sesama mahluk ciptaan Tuhan, perempuan bukanlah budak nafsu laki-laki tetapi harus diposisikan sebagai mitra kaum laki-laki dalam menggapai tujuan hidup. Lenin, salah seorang tokoh komunis Rusia mengatakan “Jikalau tidak dengan mereka (perempuan), tidak mungkin kita mencapai kemenangan”. Ungkapan ini menunjukkan perempuan mempunyai posisi yang tidak kalah pentingnya dengan laki-laki, sehingga keberadaan mereka jangan sampai dilupakan atau hanya sebagai pelengkap belaka.
Tuntutan persamaan hak dan kedudukan antara perempuan dengan laki-laki terus bergema di mana-mana. Kaum perempuan selalu menuntut agar dirinya tidak dilecehkan dalam segala hal termasuk dalam berekspresi, karena mereka mempunyai hak yang sama dan keberadaannya bukan untuk memperoleh perlakuan yang tidak adil.
Untuk menggapai semua yang menjdi tuntutan kaum perempuan sebenarnya ada pada diri perempuan itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, karena walau pun mereka menuntut untuk tidak menjadi bahan pelecehan semua itu tidak mungkin tercapai jika mereka sendiri tidak mampu menghargai dirinya sendiri dan mereka tidak mau memperlihatkan keunggulan apa yang dimilikinya. Karena, laki-laki tidak akan berani membuat suatu pelecehan jika perempuan itu tidak “mengundang”. Banyaknya kasus pelecehan seksual bahkan perkosaan terhadap seorang perempuan yang terjadi sebagian besar diakibatkan penampilan perempuan itu sendiri yang mengundang laki-laki berbuat demikian.
Pada akhirnya melalui penghargaan terhadap diri sendiri serta kemampuan yang dimilikinya, diharapkan perempuan tidak hanya menjadi korban pemanfaatan kaum lelaki dalam meraih impian dan obsesinya, melainkan mampu menjadi mitra yang sejajar dalam upaya mencapai tujuan dan cita-cita. Selain itu, penghargaan yang diberikan oleh laki-laki terhadap pribadi seorang perempuan bukan karena rasa iba atau belas kasihan tetapi karena performa diri yang dipancarkannya dan prestasi kerja yang dicapainya.

Jumat, 19 Desember 2008

Salam

Selamat Datang di Socius, sebuah blog pendidikan yang dikhususkan untuk membahas semua yang berkaitan dengan pendidikan, khususnya Pengetahuan Sosial sesuai dengan namanya, yaitu Socius.
Agar blog ini terus berkembang ke arah yang lebih baik, saya berharap masukan dari pembaca dan dapat menjadikannya blog ini sebagai ajang untuk berdiskusi dan berbagi pengetahuan.
Harapan saya semoga blog ini dapat memberi nilai tambah bagi pendidikan di negeri ini.

Wassalam,

Iwan Hermawan