Kamis, 12 Maret 2009

MELESTARIKAN KI SUNDA TANGGUNG JAWAB SIAPA ?

Oleh : Dr. Iwan Hermawan, M.Pd.

Belakangan Ki Sunda menjadi topik pembicaraan yang hangat di haraian ini, semua penulis merasa khawatir akan lenyapnya Ki Sunda dari muka bumi dan hanya manusianya saja yang tersisa, sedang ruhnya hilang ditelan jaman. Ketakutan akan matinya Ki Sunda memang bukan tanpa alasan, kecenderungan yang terjadi saat ini adalah masyarakat sunda - terutama generasi muda - merasa lebih bangga jika menggunakan dan mengkonsumsi berbagai produk made in luar serta bergaya hidup barat. Mereka merasa malu jika menggunakan serta mengkonsumsi dan menikmati produk lokal serta menerapkan nilai-nilai luhur kasundaan dalam perilaku keseharian dengan alasan agar tidak dianggap kampungan.
Kecenderungan untuk bangga dangan tatanan yang berasal dari luar dibanding tatanan budaya sendiri merupakan suatu awal dari mulai melunturnya jatidiri sebagai bagian orang sunda dan jika dibiarkan secara perlahan namun pasti akan mengantarkan Ki Sunda pada lubang kematian yang mengenaskan karena tiada lagi orang yang peduli akan kelestarian dan keabadiannya.
Pengadopsian nilai-nilai positif yang datang dari luar demi kepentingan pembangunan dan kemajuan bangsa bukanlah sesuatu yang tabu, karena kita tidak bisa menghindar dari pengaruh nilai dan budaya Global yang semakin kencang dihembuskan oleh negara maju. Tetapi upaya pengadopsian nilai-nilai tersebut harus diimbangi dengan kesiapan kita dalam mempertahankan nilai-nilai luhur Ki Sunda sebagai ciri dan jati diri manusia Sunda dari hempasan angin globalisasi agar nilai-nilai luhur Ki Sunda tidak hancur lebur diterpa angin globalisasi namun sebaliknya mampu menjadi kekuatan yang besar di tengah persaingan kebudayaan global.
Sikap masyarakat yang cenderung konsumtif, materialistis dan hedonisme merupakan bagian dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh Globalisasi yang terus menyerbu masuk tanpa bisa dicegah. Padahal bila kita menilik apa yang diungkapkan oleh Naisbitt bahwa untuk memasuki era global kita tidak perlu meninggalkan nilai yang berkembang secara turun temurun di masyarakat, karena yang akan berperan adalah kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat.

Siapa yang bertanggung jawab ?
Kematian Ki Sunda yang sudah diambang pintu bukan tanggung jawab satu individu atau kelompok tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak yaitu individu orang Sunda, Sekolah, Masyarakat Sunda dan pemerintah. Setiap elemen tersebut mempunyai potensi yang sama dalam upaya melestarikan atau menghancurkan keberadaan Ki Sunda di muka bumi.
Dalam lingkungan keluarga Sunda, Orang tua mempunyai kewajiban yang tidak kecil dalam mempersiapkan anak didik untuk menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang. Mereka mempunyai kewajiban untuk mentransformasikan nilai-nilai luhur Ki Sunda kepada anak-anaknya. Tetapi sayang, dewasa ini banyak orang tua -terutama kalangan muda- yang dengan berbagai alasan merasa tidak sreg mengenalkan nilai-nilai luhur Ki Sunda kepada anak-anak mereka, termasuk mengenalkan penggunaan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari walau cenderung dipaksakan.
Sekolah selaku lembaga pendidikan formal mempunyai tugas yang tidak ringan yaitu mempersiapkan anak didik untuk mampu menjawab tantangan masa depan dengan penuh tanggung jawab. Hal ini jelas menunjukkan sekolah mempunyai peranan yang strategis dalam upaya pentransformasian nilai-nilai luhur Ki Sunda kepada generasi muda melalui materi-materi pelajaran yang diberikan di dalam kelas. Namun sayang upaya pentransformasian nilai-nilai luhur Ki Sunda sering kali kurang mendapat respon positif dari para pengelola dan penentu kebijakan di Sekolah. Nilai-nilai luhur Ki Sunda dilupakan dan atau dianggap tidak mampu menjawab tuntutan Global. Akibatnya anak menjadi tidak mengenal nilai budaya daerahnya, kebanggaan mereka terhadap Ki Sunda dari hari ke hari semakin meluntur, serta mereka lebih bangga mengunakan berbagai identitas yang berasal dari luar yang sebenarnya belum tentu cocok dengan kondisi lingkungan dimana mereka tumbuh dan berkembang.
Elemen lainnya yang tidak kalah mempunyai peran dalam pelestarian atau penghancuran Ki Sunda, adalah masyarakat Sunda itu sendiri karena di tengah masyarakatlah pendidikan untuk masa depan yang sebenarnya bagi seorang anak. Nilai-nilai luhur Ki Sunda tidak akan bisa ditransformasikan dengan baik jika lingkungan masyarakat tidak mendukung dalam pengaktualan nilai-nilai luhur Ki Sunda dalam realita kehidupan bermasyarakat.
Elemen yang tidak kalah pentingnya dalam pelestarian nilai luhur Ki Sunda adalah Pemerintah, baik pemerintah Pusat maupun Daerah (Propinsi Jawa Barat dan Banten serta pemerintah kota dan kabupaten di tatar Sunda) karena tanpa adanya upaya perlindungan dari pemerintah untuk melindungi Ki Sunda dari kepunahan maka berbagai upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat Sunda tidaklah akan berhasil dengan maksimal, bahkan secara lambat laun nilai-nilai luhur Ki Sunda yang berkembang di masyarakat meluntur dan hanya akan menjadi kenangan dan kebanggan orang tua kita semata tanpa ada realisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Penutup
Setiap orang yang mengku dirinya orang sunda di mana pun dia berada pasti tidak akan rela jika eksistensi Ki Sunda harus hilang dari muka bumi. Kita pasti tidak ingin kebesaran nama serta keluhuran nilai-nilai Sunda hanya menjadi legenda di tengah masyarakat semata. Untuk itulah agar Ki Sunda tetap eksis maka semua elemen masyarakat harus paheuyeuk-heuyeuk leungeun babarengan memelihara dan melestarikan Ki Sunda melalui berbagai upaya pewarisan nilai dan budaya kepada generasi muda Sunda. Semoga melalui upaya tersebut Ki Sunda akan tetap eksis di muka bumi hingga kiamat menghancurkan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar